Servant Leadership, Konsep Kepemimpinan Masa Kini yang Membuat Terlena Diri

Hashfi Khairuddin
5 min readJun 30, 2019

--

Gaperlu penjelasan panjang, kayaknya gambar di atas udah sering kita liat dan menggambarkan bagaimana seorang pemimpin seharusnya. Bermula dengan traditional leadership dimana para pengikut berusaha untuk mengerjakan segala hal yang diperintahkan oleh sang pemimpin (yang bawah) dan pada tahun 1970 mulai terkenal konsep servant leadership dimana pemimpin tidak lagi berdiri ditempat yang berbeda dengan para pengikut tetapi berada beriringan, melayani, untuk mencapai tujuan yang sama. Secara ringkas seperti ini tapi konsep servant leadership lebih dari itu.

Servant leadership secara simpel adalah kepemimpinan yang melayani. Dimana fokus dari tipe kepemimpinan ini adalah tentang pengikutnya, kurang lebih ada 3 fokus yang ditekankan dalam gaya kepemimpinan masa kini

  1. Shares Power

Seorang pemimpin gak lagi “pelit” dengan ilmu yang dia punya. Berbagi ilmu yang dia punya akan membuat suatu organisasi bertambah kuat.

2. Mendahulukan kebutuhan para pengikut

Pemimpin yang melayani mengetahui apa yang dibutuhkan oleh para pengikut dan mendahulukan kebutuhan tersebut. Dengan memenuhi kebutuhan para pengikut, kerja akan lebih optimal dalam mencapai suatu tujuan. Kebutuhan dasar seperti lingkungan kerja yang baik, porsi kerja yang cukup, feedback material maupun emosional harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum memulai untuk mencapai suatu tujuan.

3. Membantu para pengikut untuk berkembang

Suatu poros organisasi/perusahaan sebenarnya bukan terletak pada seorang pemimpin. Tetapi terletak pada pengikutnya. Pemimpin hanya satu, tetapi pengikut ada puluhan, ratusan, bahkan ribuan. Banyak yang dapat dilakukan oleh para pengikut secara bersama-sama. Oleh karena itu, membantu para pengikut untuk berkembang akan menghasilkan banyak hal luar biasa untuk kemajuan organisasi.

Coba lo bayangin, dalam suatu perusahaan ada seorang pemimpin, ahli IT, punya 10 pengikut, yang sangat bagus untuk me-manage segala pekerjaan, tapi sayangnya cuma dia yang bisa IT di perusahaan tersebut.

Bandingin sama seorang pemimpin, ahli IT, punya 10 pengikut, dan dia membantu pengikutnya untuk berkembang biar sama-sama bisa IT! 10 kali lebih efektif kan?

Makanya, semenjak ada konsep kepemimpinan yang dikenalkan ke seluruh dunia ini, konsep kepemimpinan ini disebut sebagai new concept of leadership dan cara kepemimpinan yang lama langsung disebut sebagai traditional leadership karenaaa udah sangat-sangat jelas kalo konsep kepemimpinan ini jauh lebih efektif dan bisa menghasilkan kerja yang jauh lebih optimal.

Nah penemu dari konsep ini adalah Robert K. Greenleaf di tahun 1970, sayangnya sebelum ngelanjutin konsep leadership ini, dia udah meninggal. Pada akhirnya, ada beberapa orang yang mengembangkan teori kepemimpinan ini. Salah satunya Larry Spear.

Ini Larry The Lobster

Om Larry menjabarkan ada 10 Karakteristik dari Servant Leader:

  1. Empathy
  2. Listening
  3. Healing
  4. Awareness
  5. Persuasion
  6. Conceptualization
  7. Foresight
  8. Stewardship
  9. Commitment Growth of People
  10. Building Community

Diharapkan ketika seorang servant leader bisa menerapkan karakteristik-karakteristik diatas, tercapai satu tujuan yaitu tercapainya komitmen dari para pengikut dalam suatu organisasi. Karena komitmen dari para pengikut dalam suatu organisasi adalah kontribusi terbesar bagaimana organisasi bisa menjalankan fungsinya dengan baik.

DILEMA

Employee Needs VS Organizational Needs

Ketika kita dihadapkan dengan suatu pilihan dimana kebutuhan dari para pengikut belum terpenuhi tetapi ada kebutuhan organisasi yang harus dipenuhi juga dalam waktu dekat. Rasanya dalam hal ini kebutuhan organisasi menjadi prioritas utama demi menyelamatkan kepentingan bersama yang jauh lebih besar dibandingkan kepentingan pribadi. Tapi apakah para pengikut akan serta merta mengerjakan hal yang dibutuhkan organisasi? Atau mereka justru bekerja tidak optimal atau bahkan menghilang dari organisasi tersebut?

Dilema ini yang seringkali dihadapi. Cara penyelesaiannya berbeda satu dengan yang lain sesuai kondisi dan situasi yang ada. Tetapi inti dari penyelesaian masalah ini adalah komunikasi dan persuasi. Bisa juga memakai teknik propaganda untuk mempersuasi kelompok sekaligus, nanti bakal gue jelasin di postingan lainnya.

(Servant) Leader VS Manager

Ketika membahas tentang dua hal ini, biasanya selalu timpang. Seorang manager selalu dikaitkan dengan orang yang hanya bisa memerintah tanpa mempunyai jiwa seorang pemimpin. Tapi gue melihat ini sebagai hal yang berbeda. Kemampuan manajerial itu adalah hal basic harus dipunyai oleh seorang leader.

Manager tanpa kemampuan leadership mungkin tidak akan banyak disukai oleh para pengikut, tetapi tujuan dari suatu organisasi bisa jadi tetap tercapai. Tetapi seseorang yang hanya menerapkan kemampuan servant leadership tanpa mempunyai kemampuan manajerial, bisa jadi tidak membawa kemajuan apa-apa kepada organisasi.

So, basicnya harus terpenuhi dulu!

Mengembangkan Orang yang Tidak Mau Berkembang

Ini salah satu dilema besar dalam organisasi yang sampe saat ini gue juga masih bingung solusi yang tepat gimana. Hal ini sering kejadian dalam organisasi kemahasiswaan dimana mahasiswa baru yang masuk suatu organisasi memutuskan untuk berorganisasi bukan karena ada keinginan, tapi cuma rasa penasaran.

“cuma pengen coba-coba aja kak”

Hadeu. Ketika menemukan orang yang kayak gini, harus evaluasi perbulan apakah dia enjoy atau punya keinginan untuk belajar dalam organisasi tersebut. Kalo engga, jangan takut buat kasih sanksi tegas, inget bahwa seorang leader juga harus punya keberanian dalam mengambil keputusan. Atau mungkin kalian punya cara lain yang lebih bagus?

Terlena Melayani

Coba perhatikan struktur organisasi diatas. Menteri membawahi direktur utama, dimana direktur utama membawahi direktur-direktur lain, dan masing-masing direktur membawahi divisi-divisi.

Konsep servant leadership yang harus tau kebutuhan, potensi, dan perkembangan dari masing-masing pengikut seringkali membuat terlena dala sebuah organisasi yang mempunyai struktur rumit kayak diatas. Apalagi kalo posisi lo sebagai direktur utama.

Servant leader seringkali “memperpanjang tangan”nya untuk mengetahui keadaan anggota ataupun kondisi pekerjaan yang sedang dikerjakan oleh organisasi tersebut. Tak jarang, servant leader membantu perkembangan anggota ataupun perkembangan pekerjaan. Hal ini bisa membuat sebuah konsep dari servant leader masuk ke dalam tahap ‘berlebihan’ dan ketidakefektifan dalam struktur organisasi. Direktur utama mempunyai banyak ranah kerja dan membawahi banyak direktur-direktur lainnya. Kalau konsep servant leader masuk ke dalam tahap berlebihan, direktur utama akan masuk ke dalam divisi-divisi yang seharusnya dapat di kontrol melalui direktur terkait dan kepala divisi. Hal ini yang membuat ketidakefektifan dalam memimpin. Apabila dilakukan sesekali untuk meningkatkan keefektifan dalam suatu divisi yang kinerjanya berkurang, mungkin tidak akan terlalu berlebihan.

Hal lain yang seringkali membuat terlena terutama dalam organisasi non-profit adalah menyerahkan semuanya ke pemimpin. Pemimpin dianggap sebagai seorang yang harus bertanggung jawab dan melayani seluruh anggotanya. Ketika anggota dan pemimpin sama-sama berpikiran seperti itu, terciptalah sebuah keterlenaan dalam melayani. Seorang pemimpin akan mengerjakan seluruh tugas anggota yang tidak selesai dan anggota merasa tidak bertanggung jawab akan hal itu karena pemimpinnya akan menggantikannya dan bertanggung jawab atas itu. Hal ini berlawanan dengan konsep dan tujuan dari servant leader itu sendiri yaitu mengembangkan anggota untuk memunculkan komitmen dalam berorganisasi sehingga tercapai fungsi kerja organisasi yang baik. Servant leader’s job is to develop people, not to do their task.

Salah satu contoh mengembangkan orang lain yang paling baik adalah seorang guru. Seorang guru membantu muridnya untuk belajar sehingga ketika ujian muridnya bisa mengerjakan dengan lancar. Bukan membantu mengerjakan ujiannya.

Ingat, melayani bukan berarti menjadi pengikut dalam kepemimpinan sendiri.

--

--

Hashfi Khairuddin
Hashfi Khairuddin

Written by Hashfi Khairuddin

Pengembangan Diri. Politik. Agama. Norma. Puisi. Semua yang ada di kepala.

No responses yet